Entri Populer

Selasa, 12 Juli 2011

KLORAMFENIKOL


Pendahuluan
Kloramfenikol merupakan antibiotik spektrum luas. Kloramfenikol berhubungan dengan gangguan darah yang serius sebagai efek yang tidak diinginkan sehingga harus disimpan untuk pengobatan infeksi berat, terutama yang disebabkan oleh Hemofilus influenza dan demam tifoid. Suspensi lemak sebaiknya disimpan dalam epidemik meningitis meningokokus.
Antibiotik adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik, yang mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam organisme, khususnya dalam proses infeksi oleh bakteri. Literatur lain mendefinisikan antibiotik sebagai substansi yang bahkan di dalam konsentrasi rendah dapat menghambat pertumbuhan dan reproduksi bakteri dan fungi. Penggunaan antibiotika khususnya berkaitan dengan pengobatan penyakit infeksi, meskipun dalam bioteknologi dan rekayasa genetika juga digunakan sebagai alat seleksi terhadap mutan atau transforman. Antibiotika bekerja seperti pestisida dengan menekan atau memutus satu mata rantai metabolisme, hanya saja targetnya adalah bakteri.
Berdasarkan sifatnya (daya hancurnya) antibiotik dibagi menjadi dua:
 1. Antibiotik yang bersifat bakterisidal, yaitu antibiotik yang bersifat destruktif terhadap bakteri.
2. Antibiotik yang bersifat bakteriostatik, yaitu antibiotik yang bekerja menghambat pertumbuhan atau multiplikasi bakteri.
Antibiotik yang menghambat sintesis protein. Yang termasuk ke dalam golongan ini adalah Macrolide, Aminoglycoside, Tetracycline, Chloramphenicol, Kanamycin, Oxytetracycline.
a)      Macrolide, meliputi Erythromycin dan Azithromycin, menghambat pertumbuhan bakteri dengan cara berikatan pada subunit 50S ribosom, sehingga dengan demikian akan menghambat translokasi peptidil tRNA yang diperlukan untuk sintesis protein. Peristiwa ini bersifat bakteriostatis, namun dalam konsentrasi tinggi hal ini dapat bersifat bakteriosidal. Macrolide biasanya menumpuk pada leukosit dan akan dihantarkan ke tempat terjadinya infeksi. Macrolide biasanya digunakan untuk Diphteria, Legionella mycoplasma, dan Haemophilus.
b)      Aminoglycoside meliputi Streptomycin, Neomycin, dan Gentamycin, merupakan antibiotik bakterisidal yang berikatan dengan subunit 30S/50S sehingga menghambat sintesis protein. Namun antibiotik jenis ini hanya berpengaruh terhadap bakteri gram negatif.
c)      Tetracycline merupakan antibiotik bakteriostatis yang berikatan dengan subunit ribosomal 16S-30S dan mencegah pengikatan aminoasil-tRNA dari situs A pada ribosom, sehingga dengan demikian akan menghambat translasi protein. Namun antibiotik jenis ini memiliki efek samping yaitu menyebabkan gigi menjadi berwarna dan dampaknya terhadap ginjal dan hati.
d)     Chloramphenicol merupakan antibiotik bakteriostatis yang menghambat sintesis protein dan biasanya digunakan pada penyakit akibat kuman Salmonella.

Sejarah dan Sumber
Kloramfenikol adalah antibiotik yang dihasilkan oleh Streptomyces venezuelae, oraganisme yang pertama kali diisolasi tahun 1947 dari sample tanah yang dikumpulkan di Venezuela ( Bartz, 1948). Sewaktu struktur materi kristalin yang relatif sederhana tersebut ditemukan antibiotik, antibiotik ini lalu dibuat secara sinTetik. Pada akhir tahun 1947, sejumlah kecil kloramfenikol yang tersedia digunakan untuk mengobati wabah tifus epidemik yang tiba-tiba muncul di Bolivia, dengan hasil yang mencenangkan. Selanjutnya obat ini diujikan pada kasus tifus scrub di semenanjung Malaka dengan hasil yang sangat baik. Pada tahun 1948, kloramfenikol tersedia untuk pemakaian kilinis umum. Namun, pada tahun 1950, terbukti bahwa obat ini dapat menyebabkan kasus yang serius dan diskrasia darah yang fatal. Oleh karena itu, penggunaan obat ini hanya dikhususkan untuk pasien yang mengalami infeksi berat, seperti meningitis, tifus, dan demam tifoid, yang tidak dapat menggunakan alternatif lain yang lebih aman karena terjadinya resistensi atau alergi. Obat ini juga merupakan terapi yang efektif untuk demam bercak Rocky Mountain.  

Biosintesis
Pada siklus hidupnya yang normal, Streptomyces venezuelae akan tumbuh dalam medium yang sesuai dan menghasilkan jumlah sel maximum, setelah itu berhenti pertumbuhannya, dan memasuki fase stasioner, akhirnya diikuti oleh kematian sel vegetatif atau pembentukan spora. Pada stadium ini, setelah sel-sel berhenti mambelah, metabolit sekunder mulai diproduksi. Metabolit sekunder mulai di produksi dalam jumlah besar dan kebanyakan disekresikan ke dalam medium biakan. Kebanyakan antibiotik merupakan metabolit sekunder.
Jalur biosintesis merupakan urutan pembentukan suatu metabolit dari molekul  yang  paling  sederhana  hingga  molekul  yang  paling  kompleks. Pengetahuan  akan  jalur  biosintesis  ini  memungkinkan  untuk  melakukan modifikasi dari jalur tersebut sehingga dapat diproduksi metabolit dalam jumlah yang lebih banyak dan dalam waktu yang lebih singkat, mengetahui struktur metabolit yang dihasilkan, kemudian dapat dilakukan sintesis untuk menghasilkan derivatnya. Jalur yang biasanya dilalui dalam pembentukan metabolit sekunder ada tiga jalur,yaitu:
1.jalur asam asetat,
2. jalur asam sikimat, dan
3. jalur asam mevalonat
Waktu penggunaan jalur biosintesis saat:1. Rendahnya ekspresi dari gen-gen yang mengontrol tahap-tahap penting dari jalur biosintesis 2. Untuk mendapatkan senyawa tertentu yang sangat dibutuhkan dalam suatu  obat.  Dengan  demikian  dalam  jalur  biosintesis  tanaman  tersebut ditambahkan suatu prekursor seperti menggunakan jalur biosintesis triptofan untuk menyediakan prekursor terhadap sintesis hormon auksin (Indole-3-aceticacid/ IAA), fitoaleksin, glukosinolat, dan indole- serta anthranilat yang keduanya merupakan derivat alkaloid.
Biosintesis mengubah senyawa awal menjadi senyawa baru yang lebih bermanfaat dengan pertolongan suspensi sel. Berdasarkan biosintesis, metabolit sekunder dapat diumpankan dengan prazat untuk menjadi produk yang lebih cepat dengan kultur suspensi sel. Prazat dapat merangsang aktivitas enzim tertentu yang terlibat dalam jalur biosintesis, sehingga dapat meningkatkan produksi metabolit sekunder. Selain itu juga senyawa yang dikehendaki dapat ditingkatkan jumlahnya dengan  cara  memanipulasi  media  maupun  dengan  penambahan  senyawa prekursor/prazat, merangsang aktivitas enzim tertentu yang terlibat dalam jalur biosintesis, sehingga dapat meningkatkan produksi metabolit sekunder.

Isolasi
Proses isolasi Kloramfenikol menggunakan metode pemisahan Kromatografi Lapis Tipis pada mikroorganisme Streptomyces venezuelae. Kromatografi lapis tipis dikenal istilah fase diam dan fase gerak.
a.        Fase diam
Fase diam adalah suatu lapisan yang dibuat dari bahan-bahan berbutir-butir halus yang ditempatkan pada lempengan. Sifat-sifat umum dari penyerap KLT adalah ukuran partikel dan homogenitasnya. Ukuran partikel yang biasa digunakan adalah 1- 25 mikron. Adapun macam-macam fase diam adalah silika gel, alumina, selulosa, resin, kieselguhrs, magnesium silikat.
b.        Fase gerak
Fase gerak adalah medium angkut dan terdiri atas satu atau beberapa pelarut. Fase ini bergerak di dalam fase diam karena adanya gaya kapiler. Macam-macam fase gerak antara lain heksana, toluen, eter, kloroform, aseton,etil asetat, asetonitril, etanol, metanol air.
Dalam KLT dilakukan tahapan pengembangan atau elusi. Pengembangan ialah proses pemisahan campuran cuplikan akibat pelarut pengembang merambat naik dalam lapisan fase diam. Jarak pengembangan senyawa pada kromatogram biasanya dinyatakan dengan Rf atau h Rf . Harga Rf antara 0-1. Berdasarkan parameter tersebut KLT dapat digunakan untuk perhitungan kualitatif dalam pengujian sampel.

Mekanisme Kerja
Mekanisme kerja kloramfenikol menghambat sistesis portein pada bakteri dan dalam jumlah terbatas,  pada sel eukariot. Obat ini segera berpenetrasi ke sel bakteri, kemungkinan melalui difusi terfasilitasi. Kloramfenikol terutama bekerja dengan memikat subunit ribosom 50 S secara reversibel (di dekat tempat kerja antibiotic makrlida dan klindamisin, yang dihambat secara kompetitif oleh obat ini). Walaupun pengikatan tRNA pada bagian pengenalan kodon ini ternyata menghalangi pengikatan ujung tRNA aminosil yang mengandung asam amino ke tempat akseptor pada subunit ribosom 50 S. interkasi antara pepdiltranferase dengan substrat asam aminonya tidak dapat terjadi, sehingga pembentukan ikatan peptide terhambat.
Kloramfenikol juga dapat menghambat sistesis protein mitokondria pada sel mamalia, kemungkinan karena ribosom mitokondria lebih menyerupai ribosom bakteri (keduanya 70 S) dari pada ribosom sitoplasma 80 S pada sel mamalia. Peptidiltransferase ribosom mitokondria, dan bukan ribosom sitoplasma, rentan terhadap kerja penghambtan kloramfenikol. Sel eritropoietik mamalia tampaknya terutama peka terhadap obat ini.
Kerja antimikroba.
Kloramfenikol memiliki aktivitas antimikroba berspektrum luas. Galur dianggap peka apabila dapat dihambat oleh konsentrasi 8 µg/ml atau kurang, kecuali N. gonnorhoeae, S. pneumoniae, dan H. influenza, yang memiliki batas MIC yang lebih rendah. Kloramfenikol terutama bersifat bakteriostatik, walupun dapat bersifat bakterisida terhadap spesies tertentu, seperti N. gonnorhoeae, S. pneumoniae, dan H. influenza. Lebih dari 95% galur bakteri gram-negatif berikut ini dihambat secara in vitro oleh kloramfenikol 8,0 µg/ml atau kurang., yakni N. gonnorhoeae, S. pneumoniae, dan H. influenza. Demikian juga, kebanyakan juga bakteri anaerob, termasuk kokus gram-positif dan Clostridium spp, serta batang-batang negative termasuk B. fragilis dihambat oleh obat ini pada konsentrasi tersebut. Beberapa kokus gram-positif aerob, termasuk Streptococcus pyogenes, Streptococcus agalactiae (streptokokus kelompok B), dan S. pneumonia peka terhadap 8 µg/ml. galur S. aerus cenderung tidak begitu rentan, dengan MIC yang lebih besar dari 8 µg/ml. kloramfenikol aktif terhadap Mycoplasma, Chlamydia, dan Rickettsia..
Penggunaan terapeutik.
Terapi dengan kloramfenikol hanya boleh digunakan pada infeksi yang manfaat obat tersebut lebih besar dibandingkan resiko toksiksitas potensialnya. Jika tersedia obat antimikroba yang sama-sama efektif dan secara potensial tidak begitu toksik dibandingkan kloramfenikol, maka sebaiknya obat tesebut digunakan.
Sediaan Kloramfenikol
Terbagi dalam bentuk sediaan :
1.      Kapsul 250 mg, Dengan cara pakai untuk dewasa 50 mg/kg BB atau 1-2 kapsul 4 kali sehari. Untuk infeksi berat dosis dapat ditingkatkan 2 x pada awal terapi sampai didapatkan perbaikan klinis.
2.      Salep mata 1 %
3.      Obat tetes mata 0,5 %
4.      Salep kulit 2 %
5.      Obat tetes telinga 1-5 %
kelima sediaan di atas dipakai beberapa kali sehari.
Kloramfenikol palmitat atau stearat
Biasanya berupa botol berisi 60 ml suspensi (tiap 5 l mengandung Kloramfenikol palmitat atau stearat setara dengan 125 mg kloramfenikol). Dosis ditentukan oleh dokter.
Kloramfenikol natrium suksinat
Vial berisi bubuk kloramfenikol natrium suksinat setara dengan 1 g kloramfenikol yang harus dilarutkan dulu dengan 10 ml aquades steril atau dektrose 5 % (mengandung 100 mg/ml).

Nama Perdagangan
·         Alficetyn Alficetyn
·         Amphicol Amphicol
·         Biomicin Biomicin
·         Chloromycetin (persiapan intravena)
·         Chlorsig ( tetes mata)
·         Dispersadron C (tetes mata)
·         Edrumycetin 250 mg (kapsul)
·         Fenicol Fenicol
·         Kemicetine (persiapan intravena)
·         Kloramfenikol (tetes mata)
·         Oftan Chlora (salep mata)
·         Synthomycine (Israel, mata dan salep salep kulit)
·         Tifomycine (kloramfenikol berminyak)
·         Unison (salep kulit)
·         Isoptophenicol (tetes mata)
·         Cedoctine (persiapan intravena)
·         Chloramex (salep mata)
Resistensi
Bakteri dikatakan resistensi bila pertumbuhannya tidak dapat dihambat oleh antibiotika pada kadar maksimum yang dapat ditolerir oleh pejamu.
Mekanisme resistensi terhadap kloramfenikol terjadi melalui inaktivasi obat oleh asetil transferase yang diperantarai oleh faktor-R yang menimbulkan ketidakmampuan organisme untuk mengakumulasikan obat sehingga menimbulkan resistensi. Resistensi terhadap P.aeruginosa. Proteus dan Klebsiella terjadi karena perubahan permeabilitas membran yang mengurangi masuknya obat ke dalam sel bakteri.
Beberapa strain D. Pneumoniae, H. Influenzae, dan N. Meningitidis bersifat resisten; S. Aureus umumnya sensitif, sedang enterobactericeae banyak yang telah resisten.
Obat ini juga efektif terhadap kebanyakan strain E.Coli, K. Pneumoniae, dan P. Mirabilis, kebanyakan Serratia, Providencia dan Proteus rettgerii resisten, juga kebanyakan strain P. Aeruginosa dan S. Typhi










TUGAS FARMAKOGNOSI
“ KLORAMFENIKOL “


 






Disusun Oleh :
·        Cania Mithasari             3311091139
·        Dwi Novita W               3311091143
·        Novi Amalia                  3311091145
·        Nunik Setyowati            3311091152
·        Rizka Menawati             3311091153

Kelas C
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
     JURUSAN FARMASI
  CIMAHI 2011

DAFTAR PUSTAKA

Harvey A. Richard.Farmakologi.1995.Widya Medika : Jakarta.
Mardjono Mahar.Farmakologi dan Terapi.1995.Gaya Baru : Jakarta.
Http//:www.scribd.com/kloramfenikol.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar